Belajar Menulis 2,,

Posted by Just Abud Label:

SENYUMAN NENEK TUA DI TAMAN

Nenek tua itu selalu duduk disitu, di bangku berwarna hijau di tengah taman yang begitu rindang dan sejuk. Keindahannya begitu menarik perhatian setiap mata yang lalu lalang. Taman berseri ditengah kota. Ditengah-tengah jeritan kendaraan yang lewat dan racun karbondioksida yang mengepul di udara. Taman itu taman yang setiap sore selalu Indah lewati, entah untuk pulang sekolah, pergi ke rumah teman, bahkan untuk sekedar ke supermarket. Melewatinnya merupakan suatu kebiasaan yang tak punya makna. Hanya sekedar mangagumi dalam sekejap lalu pergi begitu saja. Tanpa sadar ada yang terlewatkan. Dan itu adalah dia.
***

Indah begitu heran sore ini ketika dia melewati taman itu. Dia merasa ada yang kurang. Meskipun sebenarnya dia tidak begitu memperhatikan taman itu, tetapi hari ini terasa ada yang kosong. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke dalam taman itu untuk memastikannya. Tapi memastikan apa? Itu yang dia tanyakan dalam hati. Dia mulai berkeliling taman dan melihat-lihat. Sekian lama dia berputar, namun tak menemukan apapun. Akhirnya dia menyerah dan pulang ke rumah dengan penasaran.
***

Keesokan harinya dia bertekad menebas rasa penasarannya. Sore itu dia melewati taman itu lagi dan menemukan sesuatu yang hilang kemarin. Tempat itu tidak kosong lagi. Seseorang itu sudah duduk lagi dengan begitu cantik dan anggunnya. Seorang nenek yang punya tatapan penuh semangat. Dia selalu menatap ke depan dengan senyumnya yang begitu indah. Pakaiannya yang rapi dan sederhana menambah kesan bersahaja. Dandanannya khas orang tua pada umumnya. Keriput yang begitu banyak di dahinya tak mengurangi kecantikannya. Raut wajahnya begitu melegakan seakan tak mempunyai beban apapun di dunia. Dia duduk di bangku tengah berwarna hijau di taman dengan menenteng tongkatnya. Diam dan hanya diam. Dia begitu biasa, tetapi sangat menyolok di tengah taman itu.
***

Awalnya memang terasa biasa sampai Indah kehilangan keberadaannya kemarin. Entah kenapa keberadaan nenek tua itu menjadi sesuatu yang berbeda. Indah dapat melihatnya setiap hari tapi hanya pada waktu menjelang sore. Sudah dua tahun ini Indah secara tak sengaja memperhatikannya tanpa berani menyapa atau bahkan sekedar menanyakan pertanyaan basa-basi. Hari ini Indah memberanikan diri untuk menemaninya duduk di bangku hijau kesayangannya. Indah tak tahu kenapa begitu lama memperhatikannya padahal dia hanya seorang nenek tua dan tak mempunyai sesuatu yang spesial selain senyumnya. Senyum yang selalu ia perlihatkan tanpa Indah tahu untuk apa dan ditujukan pada siapa. Dan sampai pada akhirnya Indah tak dapat lagi menahan rasa penasaranku selama dua tahun ini untuk menanyakan semuanya.
***

“Nek, kenapa nenek disini sendirian?” tanya Indah dengan nada hati-hati. “Siapa bilang nenek sendirian? Disini banyak sekali orang kan?” Jawabnya masih dengan senyuman itu. “Sebenarnya selama ini aku memperhatikan nenek. Nenek selalu kesini setiap sore kan? Apa nenek menunggu seseorang?” tanyanya lagi. “Ndak kok. Nenek cuma senang aja berada disini.” jawabnya. “Maksud nenek senang duduk disini. Soalnya kan nenek selalu duduk di bangku ini.” tambah Indah. “Iya, tempat duduk ini memang favorit nenek karena kan letaknya ada di tengah jadi bisa dilihat dari berbagai sudut.” jelasnya. “Memang kenapa kalau bisa dilihat dari berbagai sudut?” tanya Indah semakin penasaran. “Nenek ingin dapat dilihat semua orang. Disini banyak sekali orang. Mulai dari orang yang ingin berolahraga, orang yang ingin jalan-jalan, atau bahkan orang yang ingin menghilangkan rasa penatnya setelah melewati satu hari penuh lelah. Mereka butuh hiburan bukan?” jelas sang nenek. “Hiburan? maksud nenek? Indah semakin bingung. “Nenek ini sudah tua jadi tak bisa memberikan apapun untuk orang lain kecuali senyum nenek yang bisa meredam sedikit rasa lelah mereka.” jelasnya lagi. Indah hanya diam untuk mencerna semua penjelasan nenek itu. Di tengah diamnya tanpa sadar banyak orang di sekitar taman tersebut yang menyapa nenek tua itu dengan tersenyum. Nenek tua itu hanya terus tersenyum.
***

Langit semakin gelap dan matahari mulai tenggelam. Taman juga sudah mulai sepi. Akhirnya, nenek tua itu bangkit dari duduknya dengan tongkat siap di tangannya. “Nenek pulang dulu ya” pamitnya. “Oh…iya nek, apa perlu saya antar?” tanya Indah. “Ndak perlu nenek sudah hafal jalannya di luar kepala.” katanya berlalu dengan jalan yang tertatih-tatih. Namun, yang aneh tongkatnya tidak digunakan untuk menopang tubuh tuanya, tetapi digunakan sebagai petunjuk jalan. Setelah itu baru Indah sadar bahwa ternyata nenek tua itu buta. Nenek tua yang ingin memberikan sedikit kebahagiaan pada orang lain. Nenek tua yang mempunyai senyuman yang indah. Senyuman nenek tua yang buta….

0 komentar:

Posting Komentar