Balkon Edisi 127 (Laput)

Posted by Just Abud Label:

Menilik Efektivitas Portal Gate


“Berkurangnya perilaku negatif tidak signifikan. Pengadaannya pun hanya sekadar pemborosan.” tutur Eni Wahyuni, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia 2006


Berbagai kebijakan dituangkan dalam Rencana Induk Pengembangan Kampus (RIPK) periode 2005-2015. Pemasangan portal gate menjadi salah satu bagian di dalamnya. Portal gate merupakan wujud pengimplementasian Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi kampus educopolis. “Educopolis menciptakan suasana kampus yang kondusif untuk kegiatan belajar-mengajar.” ungkap Dr. Ing. Singgih Hawibowo, Dewan Pemeliharaan dan Pengelolaan Aset (DPPA) UGM.

Untuk mewujudkan cita-cita itu, pihak universitas melaksanakan beberapa perubahan fisik. “Perubahan yang dimaksud meliputi penataan taman, penghijauan, dan pengaturan lalu-lintas.” ujar Singgih. Ketiganya memiliki fungsi masing-masing untuk mewujudkan kampus educopolis.

Singgih menegaskan bahwa penghijauan dan penataan taman ditujukan untuk membuat kampus lebih nyaman. “Diharapkan taman-taman di kawasan UGM bisa menjadi tempat diskusi mahasiswa,” ujarnya. Sementara itu, pengaturan lalu-lintas menjadi latar belakang diperlukannya pemasangan portal gate.

Sejak 15 Desember 2007, UGM memagari Jalan Sosio Yustisia dan Bhineka Tunggal Ika. Kedua jalan yang terhubung dengan Jalan Kaliurang tersebut ditutup untuk membatasi akses masyarakat umum ke area kampus. Awalnya, UGM menginginkan konsep satu pintu sebagai jalur utama untuk memasuki wilayah kampus. “Hal itu tidak dapat terealisasi karena terdapat Jalan Kaliurang yang membelah kampus menjadi dua sisi, yakni sisi Timur (sains) dan sisi Barat (sosio humaniora).” Ujar Singgih.

Oleh karena itu, dibuatlah pemasangan beberapa portal pada titik-titik utama di setiap sisi kampus. Mustofa S. IP, M. PA., sebagai Kepala Seksi Dewan Pemeliharaan dan Pengelolaan Aset (DPPA) menyebutkan, terdapat delapan kluster di kawasan UGM. “Semua itu meliputi kluster Magister Manajemen, Teknik, Sains, Farmasi, Sekip, Agro Sosio Agresia, Agro Sosio Humaniora, dan Agro Sosio Fauna.” sebutnya.

Di bawah naungan DPPA, portal gate mengalami perkembangan cukup signifikan, baik dari segi fungsi maupun jumlah. Buktinya, UGM meresmikan jalan satu arah yang dirintis di jalan Pancasila pada 2009. Menurut pihak universitas, hal ini dirasa cukup efektif untuk memperlancar arus lalu lintas di kawasan UGM.

Namun, dalam pelaksanaannya terdapat permasalahan. Rendi Grenadi, mahasiswa Jurusan Teknik Industri 2006 menuturkan, portal gate justru merugikan sivitas akademika. “Keberadaannya sangat mengganggu mobilitas mahasiswa di area UGM,” Keluhnya.

Di lain sisi, keberadaan portal juga mengundang tanggapan positif dari mahasiswa. Anugrah Kusuma Ramadhan, mahasiswa Arkeologi 2006 merasa setuju dengan adanya portal gate. “Setahu saya portal berfungsi menjaga keamanan UGM. Selama dampaknya positif kenapa tidak?” ujarnya.

Berbeda dengan Anugrah, Eni Wahyuni, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia 2006 menganggap bahwa berdirinya portal membuat UGM semakin ekslusif. Selain itu, adanya portal juga memunculkan anggapan negatif mengenai ketidakjelasan dana yang digunakan. “Ini membuka kesempatan orang-orang yang terlibat untuk korupsi,” keluh Eni.

Tidak banyak sivitas akademika yang merasakan dampak signifikan akan pemasangan portal. Seperti yang dirasa Tanti Rahmalia, mahasiswa Fakultas Geografi 2005. “Setahu saya, dampak portal justru dirasakan oleh mahasiswa di daerah sosio humaniora sana,” ujarnya.

Pemasangan portal berdampak pada aktivitas di wilayah UGM. Sebelum portal berdiri, banyak aktivitas yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah pasar minggu pagi, yang akrab dengan sebutan Sanmor.

Awalnya, Sanmor berlangsung di area Bulevar hingga deretan Jalan Sosio Humaniora dan Sosio Yustisia. Dengan adanya kebijakan portal gate, Sanmor hanya dapat diadakan di sepanjang kawasan Sosio Humaniora sampai Sosio Yustisia. “Kami hanya mencarikan tempat yang kondusif untuk Pedagang Kaki Lima,” terang Drs. Suryo Baskoro M. Si, Kepala Bidang Humas dan Keprotokolan.

Ia juga mengaku pemasangan portal memberikan dampak positif pada sektor keamanan. “Dengan adanya portal, tingkat tindak kejahatan menurun 40 %,” ungkapnya. Namun, Eni tak sependapat dengan hal tersebut. “Berkurangnya perilaku negatif tidak signifikan. Pengadaannya pun hanya sekadar pemborosan.” tutur Eni.

Di lain sisi, pihak rektorat mengaku efektivitas portal tidak selalu berjalan sempurna. Adanya keluhan dari beberapa mahasiswa menjadi alasan. Belum lagi ditambah adanya permasalahan internal antara pihak rektorat dan Satuan Kerja Keamanan Kampus (SKKK) yang menghambat pelaksanaan portal.

Sutrisno, salah satu personel SKKK yang sudah bekerja selama enam tahun mengeluhkan mengenai sedikitnya personel keamanan kampus. Dengan sistem kerja delapan jam per hari, ia pun merasa kelelahan. “Kadang saya menambah jam kerja untuk menutupi kekurangan personel.” keluh Sutrisno.

Tak hanya penghuni kampus, masyarakat umum pun merasakan dampak dari portal gate. Samsuri, seorang tukang becak yang biasa beroperasi di area kampus merupakan salah satunya. Ia merasa letih karena harus memutar arah untuk mencapai tujuan penumpangnya. “Meskipun energinya tambah, ongkosnya tetap sama,” ujarnya. Samsuri juga menyesalkan minimnya sosialisasi dan koordinasi perihal portal.

Sampai saat ini, kurangnya komunikasi di antara kalangan petinggi UGM dan mahasiswa masih menjadi kendala. Komunikasi pihak rektorat hanya sebatas kepada Lembaga Eksekutif Mahasiswa tingkat fakultas. “Sosialisasinya belum ke mahasiswa secara langsung,” ungkap Anugrah. Ini menandakan bahwa kebijakan masih dianggap sebagai otoritas pembuatnya semata.

Rencananya, kebijakan lanjut yang akan ditempuh pihak rektorat adalah parkir berbayar bagi seluruh masyarakat, baik sivitas maupun nonsivitas UGM. Seorang petugas SKKK yang enggan memberikan identitasnya, memberitahu seputar rencana parkir berbayar ini. “Rencananya mulai tanggal 28 Maret ini kebijakan tentang parkir akan dijalankan” ungkapnya.

Khusus sivitas akademika akan diberikan Kartu Induk Kendaraan (KIK) sebagai tanda masuk memasuki area kampus. Namun, kebijakan tersebut masih belum bisa dipastikan untuk digalakkan bulan ini. “Belum tahu lagi kalau ada perubahan dari atasan,” tambah Sutrisno. [Abud, Deni, Diaz]

0 komentar:

Posting Komentar