Resensi Film

Posted by Just Abud Label:

ALANGKAH LUCUNYA (NEGERI INI)

Muluk adalah seorang sarjana managemen yang belum mendapatkan pekerjaan. Meskipun ia telah menjadi pengangguran selama dua tahun, ia tak pernah putus asa dan selalu mencoba semua kesempatan yang ada. Peluang itu kembali ia temukan ketika ia bertemu dengan komet, pencopet yang ada di pasar. Dengan berbekal ilmunya, ia mengajukan kerjasama kepada bos para pencopet yang bernama Jarot untuk mengelola keuangan mereka dengan imbalan 10 persen dari keseluruhan hasil mencopet.
Pada awalnya, Muluk tidak mendapatkan respon yang baik dari para pencopet. Namun, kepercayaan yang diberikan Jarot kepada Muluk dapat meredam ketidaksetujuan para pencopet. Muluk mulai membuat strategi untuk mengelola uang tersebut. Secara tak langsung, ia telah membohongi keluarga dan orang-orang sekitarnya bahwa ia telah mendapatkan pekerjaan. Semakin lama berinteraksi dengan para pencopet, Muluk merasa bahwa mereka mempunyai potensi untuk dapat berubah. Oleh karena itu, ia meminta bantuan dari teman-temannya, sarjana yang masih pengangguran untuk berpartisipasi dalam mengubah para pencopet.
Usaha Muluk dan teman-temannya membuahkan hasil. Para pencopet mulai menunjukkan perubahan yang positif. Mereka mulai bisa membaca, menghitung, bahkan melakukan salat. Melihat perubahan yang begitu positif, Muluk mulai mengarahkan para pencopet untuk berdagang dan meninggalkan profesinya yang dulu. Namun, untuk melakukan itu semua ia harus bergelut dengan sistem yang begitu kuat dan pengorbanan yang begitu besar.

Tiga paragraf di atas merupakan secuil dari sinopsis film garapan Deddy Mizwar yang berjudul “Alangkah Indahnya (Negeri Ini)”. Film ini didukung oleh para pemain kawakan, seperti Slamet Rahardjo, Jaja Mihardja, Tio Pakusadewo, Reza Rahadian yang tahun lalu menyabet piala citra, dan Ratu Tika Bravani yang pertama kali terjun di dunia perfilman. Seolah ingin mengulang kesuksesan film-film sebelumnya, Deddy kembali menggandeng pemain-pemain yang berkompeten, yakni Asrul Dahlan (Para Pencari Tuhan) dan Sakurta Ginting (Kiamat Sudah Dekat). Deddy Mizwar juga mengajak anak-anak yayasan yang beberapa dari mereka adalah mantan pencopet. Penyajian “Alangkah lucunya (Negeri Ini)” berupa genre komedi yang mengandung nilai moral yang tinggi. Film ini menggambarkan realitas-realitas yang ada di Indonesia. Realitas-realitas tersebut menyangkut permasalahan pengangguran, pendidikan, dan korupsi.

Terdapat dialog yang memperdebatkan mengenai penting tidaknya suatu pendidikan. Hal ini jelas menyindir sistem pendidikan di Indonesia yang belum berfungsi secara semestinya. Judul “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” menambah daya tarik tersendiri bagi penonton. Judul tersebut merupakan penegasan dari sindiran terhadap sistem di Indonesia. Adegan-adegannya tidak monoton scene-scene yang lucu, tetapi juga ada sisi-sisi yang memacu emosional penonton. Seperti tipe film-film karya Deddy Mizwar yang lain, ia tetap mempertahankan nilai-nilai keislaman sebagai salah satu bumbu didalamnya. Nuansa cinta yang ada merupakan wujud kecintaan pada orang tua dan juga kecintaan pada tanah air.

Pada akhir film, penonton merasa tertipu. Adegan yang dipikir adalah klimaks ternyata merupakan akhir dari cerita. Akhir film yang menggantung tersebut jelas membuat penonton bertanya-tanya. Namun, disinilah letak kekuatan pesan yang ingin disampaikan. Akhir cerita tersebut membuktikan bahwa permasalahan-permasalahan yang digambarkan di film masih belum dapat diselesaikan dalam realitas nyata di Indonesia sekalipun. Film yang dirilis bulan April 2010 ini menggugggah penonton untuk merefleksikan nasib bangsa Indonesia selanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar