Posted by Just Abud Label:

Surabaya…
Kota terbesar kedua setelah Jakarta
Pusat perbelanjaan yang menggugah iman
Mulai dari barang dagangan sampai wanita jalanan
Kota pahlawan yang dibanggakan
Bonek – bonek bertebaran biang kerusuhan
Inilah Surabaya…
Kota yang masih tetap sama tiap tahunnya
Kehedonan masih melanda
Kerusakan tetap terjaga
Dan kebobrokan kian di depan mata

Kota inilah yang dulu jadi istanaku. Tempat yang semakin lama semakin menyesakkan. Bangunan-bangunan menjulang yang semakin banyak membuat semua orang makin terlena. Fasilitas-fasilitas yang ada telah merubah cara pandang masyarakat sampai mereka lupa tujuan mereka ada. Aku pernah merasakannya, bagaimana nyamannya bersama keluarga, indahnya masa remaja, dan nikmatnya kehidupan. Semua terasa mudah dijalani. Tapi apa memang ini yang aku inginkan? Mengapa aku tetap merasa ada yang kurang? Sesuatu yang tak aku dapatkan di rumah, hal yang tak dapat teman-temanku dan keinginan yang belum aku temukan. Aku merasa berjalan di tempat dan semua yang terjadi selalu sama. Aku tau ada perasaan yang memang harus aku cari keberadaannya. Waktu membuat aku sadar akan adanya kefanaan. Kefanaan yang telah aku nikmati tanpa harus berusaha. Kefanaan yang tak bernilai tanpa adanya pengorbanan.
Aku sadar dunia tak berjalan sendiri, masih ada akhirat yang menunggu kita. Tapi kenapa kita seakan hanya hidup untuk kefanaan dunia dan mengabaikan kekekalan akhirat. Mata kita belum terbuka atau memang kita yang tak mau membukanya. Dan Islamku membuka segalanya. Islamku memenuhi rasa yang belum pernah ada, rasa yang selama ini aku cari, rasa yang tak dapat kita nikmati dalam keluarga atau saat bersama para sahabat. Kebutuhan pemikiran dan spiritual yang menjawab semua kegundahan dan menetapkan sebuah impian. Kotaku masih tetap sama tapi penghuninya yang harusnya berubah. Akankah kita masih tetap jadi orang yang menutup mata? dan membiarkan kota kita tercinta hancur di depan mata kita?

0 komentar:

Posting Komentar