Naskah Terjal

Posted by Just Abud Label:

Frame 1
Lampu panggung remang-remang.
(Seorang anak kecil duduk memeluk ibunya. Freeze)
Suara dari luar: Anak berkata: Ceritakan padaku tentang negeri yang indah. Negeri pelangi. Tentang sungai-sungai anggun berkelok, hamparan samudra nan biru, hijaunya hutan bak batu zamrud, dan merahnya lembayung saat senja. Ceritakan padaku tentang negeri yang ramah, tentang negeri yang damai. Tentang hitam, putih, dan coklat penduduknya, dibelai angin lalu tersenyum bersahaja. Aku ingin ke sana, memilikinya. Ibu menjawab: “Tetaplah di sini, sayang. Embun pun akan tiba dan terjatuh dari pucuk daun. Negeri pelangi itu ada di sini.”
Lampu padam.

Frame 2
Tokoh anak: berjalan celingukan dengan langkah gontai
“Lama sudah kusaksikan malam dan siang berganti mengiring negeri ini. Tak ada kilau pelangi yang mengintip. Keindahan itu tak pernah ada. Semua kesuraman ini, panas ini, akan terus menjadi tempat bermain bagiku.”
Lampu padam.

Frame 3
Lampu menyala, terang.
Suara dari luar: Negeri ini tak kan indah hanya dengan menunggu. Apa salahnya memberi sukma pada benih kehidupan? Percaya dengan keajaiban alam. Melangkah menjauhi hidup yang semakin kelam.
(Anak perempuan kecil duduk terlihat menyiram benih pohonnya, merawat dan mencoba berbicara padanya)
Tokoh anak:
“Aku suka Kau karena kau temanku. Tetap hidup pohon kecil. Dewasalah, agar kau bisa mengundang teman-temanmu yang lain kemari. Lalu menciptakan negeri pelangi di sini.”
(Anak perempuan kecil itu tersenyum. Namun, tiga orang anak laki-laki kecil datang dan terlihat menggiring bola, menendangnya, kesana kemari. Anak perempuan kecil itu nampak ketakutan. Melindungi benih pohonnya. Apapun ia lakukan untuk melindungi pohonnya)
Lampu padam.


Frame 4
Lampu menyala.
(Satu pohon sudah nampak agak tinggi. Anak perempuan kecil yang sudah beranjak remaja itu tetap merawat pohonnya. Di sampingnya, ada satu kue (tart ulang tahun). Lagi-lagi ia mencoba berbicara padanya)
Suara dari luar: Kelahiran menjadi suatu keberkahan. Nyanyian dan kebersamaan kan jadi hadiah tak terlupakan. Lihatlah kekuatanmu. Kau tetap bertahan dengan kesendirian. Terus merasa kesepian.
(Dan remaja perempuan itu pun menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan suara agak miris)
Tokoh anak:
“Panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia, serta mulia.. serta mulia,.”
Suara dari luar: Kegundahan mulai mencabik hati. Haruskah menyerah pada gemilang zaman? Haruskah semua pengorbanan sia-sia?
(Remaja perempuan itu menatap lelaki berpakaian necis yang sedang bertelepon dengan gamang)
Tokoh figuran:
“Siap, Pak. Oke.. Saya sudah menemukan tempat yang ideal untuk pembangunan kawasan real estate. Cukup luas, dan sekarang saya sedang di tempat tersebut. Sip. Mengenai pembersihan kawasan sebelum membangun, sudah saya urus semuanya bersama para mandor. Oh begitu,. Oke, Pak. Saya akan segera kesana..”
(Lelaki itu pergi meninggalkan panggung dan remaja perempuan itu nampak merintih dan menangis perlahan (kecewa dan takut) sambil memeluk pohonnya)
Lampu padam.

Frame 5
Lampu menyala. Diiringi musik miris menyayat hati dan tayangan bencana alam banjir
(Seorang nenek tua berjalan membungkuk memasuki panggung. Menatap layar dengan mata berkaca-kaca)
Suara dari luar: Kenanganmu selalu ada. Bahkan kini semua ikut menangisimu. Berharap kau kembali dalam peraduan. Menyerap sari-sari bumi yang berlebihan. Untuk saat ini, selamat tinggal keindahan.

_THE END_
By: Abud (adaptasi dari naskah Ariny)

0 komentar:

Posting Komentar