Balkon Magang Edisi 125

Posted by Just Abud Label:

Ritual Kebebasan ala Negeri Bollywood

Ekspedisi pembebasan diri melawan kekangan duniawi melalui gerbang seni

Ditengah semilir angin malam, terdengar riuh rendah tepuk tangan yang bergemuruh. Rabu itu (2/12), Concert Hall megah yang semula terang berubah temaram indah oleh belasan lampu pelangi. Di dalam ruangan indah itu, interaksi pembawa acara dengan spektator mengalir mulus. Tawa penonton membahana kala lelucon dilontarkan presenter yang berbalut kain sari dengan sindoor melekat di dahinya. Keakraban ini terpancar sampai lampu mulai dipadamkan.

Nyala lampu kembali semarak ketika panggung dihuni oleh delapan sosok berkostum sederhana. Tanpa membuang waktu, kelompok musikus jazz asal India, Taal Tantra, segera memulai pertunjukan. Perpaduan antara alat musik modern berupa gitar, bas, dan saxophone berdampingan mesra dengan suara tabla, seruling, terompet tradisional, dan kendang kecil khas India. Kolaborasi itu menyajikan lantunan lagu lambat, cepat, pedih, dan senang yang bercampur menjadi melodi indah khas Taal Tantra.

Acara yang dihelat di Taman Budaya Yogyakarta oleh Jawaharlal Nehru Centre dan Embassy of India ini memunyai misi untuk mempererat persahabatan antarnegara. “Hubungan antarnegara tak hanya dilaksanakan di tataran elit saja, layaknya acara ini yang bermaksud untuk menjalin hubungan antarkalangan akar rumput secara langsung,” tutur M.K. Singh, Ketua J. Nehru Indian Culture Centre, ketika ditanya perihal tujuan acara.

Penampilan grup Taal Tantra, yang dalam bahasa Indonesia berarti Ritual Menuju Kebebasan, ini merupakan bentuk inspirasi untuk para pendengar. “Musik adalah sebuah elemen netral yang mengandung berbagai interpretasi dan berfungsi sebagai ritual pembebasan diri,” ujar Tanmoy Bose, punggawa grup ini. Menurutnya, semua alat musik merupakan jembatan bagi kebebasan diri masing-masing personil.

Enam tembang India beraliran jazz fusion yang disuguhkan bak maraton itu tak lantas membuat penonton bosan. Setiap lagu memiliki aransemen berbeda yang kreatif. Pada lagu kedua, mereka memadukan empat aliran musik, yakni jazz, modern, tradisional, dan pop. Sedangkan sentuhan rock sangat terasa kental di lagu keempat. Kebebasan dalam memadukan aliran-aliran musik inilah yang menjadi ciri khas Taal Tantra. Yakni, sebuah perpaduan antara musik tradisional dengan kontemporer yang mampu menghipnotis penonton.

Penonton dibuat semakin terpesona dengan kreasi unik sang maestro. Pipinya ditepuk berulang kali dengan gerakan khusus hingga mengeluarkan suara berderak. “Kesan awalnya aneh, tapi setelah diiringi musik malah jadi seru dan terdengar unik”, ujar Indri Novi Harawati, mahasiswi Sastra Indonesia angkatan 2009.

Kolaborasi maestro dengan M. K Singh dan dua pengamen penjelajah Calcutta yang eksotik, membuat penonton membeku di tempat duduk hingga pertunjukan usai. Kekecewaan menyelimuti para penonton ketika lagu terakhir berhenti mengalun. “We want more…We want more,” teriak pembawa acara dan penonton secara bersamaan. Personil Taal Tantra mulai memasang kembali kabel instrumen musik. Mereka memberi kenangan manis pada penonton dengan dua lagu tambahan yang disajikan.

Akhirnya, standing applause dari penonton di akhir lagu menjadi klimaks seluruh pertunjukan. Tanpa biaya sepeser pun, penonton justru mengantongi nilai estetik budaya Bollywood itu sendiri. [Abud, Ali]

0 komentar:

Posting Komentar